Jakarta, 5 September 2025 – Pasar mobil listrik bekas di Indonesia menghadapi tantangan besar karena harga jual mobil listrik turun drastis, bahkan hingga Rp 200 juta dalam waktu singkat. Fenomena ini mencuat di berbagai platform jual beli, memicu pertanyaan: apa penyebabnya? Mengapa harga jual mobil listrik begitu rendah? Berikut ulasan lengkap tentang kondisi ini dan apakah mobil listrik bekas masih menarik untuk dibeli.
Baca juga: 5 Hal Perawatan Mobil Cepat di Rumah dalam Waktu Kurang dari 10 Menit
Penurunan Harga Jual Mobil Listrik yang Mengkhawatirkan
Pasar mobil listrik bekas menunjukkan depresiasi harga yang signifikan. Sebagai contoh, pemilik menjual Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range 2023 di OLX seharga Rp 460 juta, padahal harga barunya Rp 844,6 juta, turun 55% dalam 2,5 tahun. Kia EV6 GT Line 2023 juga mengalami penurunan serupa, dari Rp 1,349 miliar menjadi Rp 775 juta, turun 57,5%. Wuling Air EV Long Range 2023 ditawarkan seharga Rp 155 juta, jauh di bawah harga aslinya Rp 299,5 juta, menunjukkan depresiasi 51,75%.
“Harga jual mobil listrik bekas memang turun sangat tajam karena banyak model baru bermunculan dengan harga lebih kompetitif,” ungkap Agung Iskandar, Direktur OLXMobbi. Fenomena ini berbeda dengan mobil bensin, seperti Toyota Avanza, yang cenderung mempertahankan nilai jualnya di kisaran Rp 230–250 juta setelah setahun, meski harga barunya hanya Rp 240–280 juta.
Baterai Jadi Penyebab Utama Anjloknya Harga
Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, menjelaskan bahwa baterai adalah faktor utama di balik rendahnya harga jual mobil listrik bekas. Baterai, yang menyumbang 30–40% dari harga mobil baru, mengalami degradasi kapasitas seiring waktu. Setelah 7–8 tahun atau sekitar 3.000 siklus pengisian, baterai kehilangan efisiensi, dan biaya penggantiannya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
“Pembeli mobil bekas menghitung sisa umur baterai. Jika hanya tersisa 2–3 tahun, nilai mobil otomatis turun drastis,” jelas Yannes. Sebagai gambaran, baterai Wuling Air EV Long Range (26,7 kWh) bernilai sekitar Rp 260 juta dari total harga mobil Rp 300 juta, sehingga komponen bodi hanya bernilai Rp 40 juta. Risiko biaya penggantian baterai ini menjadi kekhawatiran utama pembeli.
Pasar Mobil Listrik Bekas Lesu di Indonesia
Balai Lelang Serasi (IBID), anak usaha Grup Astra, melaporkan kesulitan menjual mobil listrik bekas. Presiden Direktur IBID, Daddy Doxa Manurung, menyatakan bahwa meski harga dasar sudah dipangkas, seperti Toyota bZ4X 2022 dari Rp 700 juta menjadi Rp 500 juta, peminat tetap minim. “Mobil bensin seperti Toyota Agya atau Honda Brio laku dalam dua minggu, sedangkan mobil listrik bekas bisa menunggu 1–2 bulan,” ungkapnya.
Ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia yang belum matang turut memperparah kondisi ini. Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) masih terbatas, dan kekhawatiran akan ketersediaan suku cadang serta biaya perawatan baterai membuat konsumen ragu. Sebaliknya, mobil bensin tetap diminati karena perputaran cepat dan harga jual yang lebih stabil.
Perbedaan Perilaku Konsumen Berdasarkan Generasi
Menurut Yannes Pasaribu, konsumen berusia 40 tahun ke atas (baby boomers dan Gen X) cenderung memprioritaskan harga jual mobil listrik sebagai aset finansial jangka panjang. Sekitar 65–75% dari mereka menjadikan nilai jual kembali sebagai kriteria utama saat membeli mobil. Sebaliknya, generasi milenial dan Gen Z, yang lebih peduli pada teknologi dan keberlanjutan lingkungan, kurang mempertimbangkan nilai jual kembali. Hanya 40–50% dari mereka memprioritaskan aspek ini.
“Generasi muda lebih fokus pada biaya operasional rendah dan teknologi canggih, sehingga mobil listrik tetap menarik meski harga jual mobil listrik bekas rendah,” tambah Yannes. Namun, ketika mereka menjual mobil setelah beberapa tahun, banyak yang merasa kecewa karena nilai jualnya jauh di bawah ekspektasi.
Baca jugaL: Jeep Cherokee Resmi Berhentikan Produksi: Apa Alasannya?
Tips Membeli Mobil Listrik Bekas
Bagi yang tetap tertarik membeli mobil listrik bekas, beberapa hal perlu diperhatikan untuk meminimalkan risiko. Pertama, periksa kondisi baterai, termasuk persentase kapasitas yang tersisa. Kedua, pastikan riwayat servis lengkap dan dilakukan di bengkel resmi. Ketiga, verifikasi kelengkapan charger dan kompatibilitas dengan SPKLU. Terakhir, pastikan legalitas surat-surat kendaraan untuk menghindari unit ilegal.
Meski harga jual mobil listrik bekas rendah, mobil ini tetap menawarkan keunggulan seperti biaya operasional murah dan ramah lingkungan. Fitur canggih seperti layar sentuh, cruise control, dan regenerative braking juga menjadi daya tarik tambahan bagi pembeli.
Penutup: Tantangan dan Peluang Mobil Listrik Bekas
Anjloknya harga jual mobil listrik bekas di Indonesia, yang bisa turun hingga 50–60% dalam 2–3 tahun, menjadi tantangan bagi pemilik yang ingin menjual kembali kendaraannya. Baterai yang mahal dan ekosistem EV yang belum matang menjadi penyebab utama. Namun, bagi konsumen yang mencari kendaraan ramah lingkungan dengan biaya operasional rendah, mobil listrik bekas tetap menarik, terutama dengan harga yang kini jauh lebih terjangkau.
Ke depannya, pengembangan infrastruktur SPKLU dan teknologi baterai yang lebih tahan lama dapat membantu menstabilkan harga jual mobil listrik bekas. “Seiring waktu, jika ekosistem EV lebih matang, nilai jual kembali bisa lebih stabil,” prediksi Yannes Pasaribu. Apakah Anda masih tertarik membeli mobil listrik bekas dengan kondisi pasar saat ini?